masukkan script iklan disini
www.morethansource.com - Pandemi Corona atau Covid-19 berdampak luas bagi masyarakat Indonesia. Terlebih bagi orang-orang yang mengais rezeki harian untuk menyambung hidup.
Midah (28) seorang pemulung adalah ibu lima orang anak ini sudah menjadi pemulung sejak 2009.
Biasanya, sehari-hari Midah mengantongi uang Rp 50.000 dari hasilnya memulung barang bekas.
”Kalau sekarang Rp 10.000 saja nggak sampai, sudah sebulan ini nggak dapat duit karena toko banyak yang tutup, jadi barang (bekas) susah,” kata Midah
Bencana Covid-19 menghancurkan pendapatannya yang berdampak bagi kehidupan dirinya, suami, dan lima anaknya yang masih kecil-kecil.
Dengan pendapatan tak sampai Rp 10.000, Midah mengaku dirinya dan suami harus pintar-pintar mencari cara agar anak-anaknya bisa tetap makan.
“Palìng makan mie instan, tiga bungkus mi untuk 7 orang (5 anak, dirinya dan suami). Kalau saya dan suami makannya menunggu anak-anak selesai dulu, menunggu sisa,” katanya lirih.
Saat berdiam dipinggir jalan itu, Midah membawa serta 5 orang anaknya dengan usia paling besar 8 tahun, dan paling kecil 7 bulan.
Dua orang anaknya termasuk yang paling kecil, diletakkannya di gerobak untuk ditidurkan.
Sedangkan tiga anaknya yang lain asik bermain bersama diatas trotoar dipinggir jalan.
Sementara sang suami berada di rumah untuk membereskan barang-barang hasil memulungnya di hari sebelumnya.
Dengan merebaknya penyebaran Covid-19, Midah mengaku tak takut bila dirinya ataupun anaknya tertular meskipun tanpa menggunakan masker atau penutup wajah apapun.
“Ya, yakin saja. Kalau di rumah doang kan nggak dapat duit, keluar takut sakit karena corona, di rumah aja justru sakit karena nggak bisa makan,” ujarnya.
Berdiam dipinggir jalan pun, kata Midah bukan tanpa tujuan.
Selain beristirahat setelah mencoba mencari barang bekas.
Midah mengaku, dirinya juga berharap adanya dermawan yang membagikan bantuan entah berupa apa saja terpenting anaknya bisa makan.
“Kadang suka ada saja mobil lewat yang kasih makanan,” katanya.
Meski mengaku tinggal di Kota Depok yang tak jauh dari pinggir jalan Margonda, namun Midah Mengaku hìlingga kini dirinya belum mendapatkan bantuan dari Pemerìntah Kota Depok.
“Belum ada (bantuan), saya tinggal di (permukiman) belakang Margo,” katanya.
Selain Midah, ada juga sejumlah ibu-ibu yang duduk diatas trotoar dipinggir jalan Margonda Raya atau tepatnya depan Pom bensin dari arah Depok menuju Jakarta.
Hal ini menjadi sebuah pemandangan baru ditengah Pandemi Covid-19 tepatnya saat pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) mulai dilakukan di Kota Depok.