masukkan script iklan disini
www.morethansource.com - Viral video pria ngamuk dan mencaci maki kiai di pondok pesantren. Video tersebut beredar di media sosial.
Dalam video tampak seorang pria yang diduga merupakan wali murid atau santri pondok pesantren tengah memarahi sampai menunjuk-nunjuk muka kiai.
Sang kiai hanya duduk diam dan menundukkan kepala saat dicaci maki pria yang diduga wali santri.
Pria itu juga tampak memukul kiai paruh baya ini dengan secarik kertas yang ia pegang.
Kejadian itu sendiri disaksikan oleh para pengurus pondok pesantren.
Orang tua murid itu sempat adu mulut dan bahkan nyaris adu jotos dengan pengurus di pondok pesantren tersebut.
Beberapa orang dalam video itu juga terlihat berusaha melerai pertengkaran antara wali murid tersebut dengan pengurus pondok pesantren.
Dilansir dari Terkini.id - Jaringan Suara.com pada Selasa (10/3/2020), peristiwa tersebut terjadi di Pondok Pesantren Al Mujtahadah di Jalan Handayani Gang Ros, Marpoyan Damai, Pekanbaru, Provinsi Riau.
Dari kabar yang beredar, pria yang belum diketahui identitasnya ini mengamuk lantaran anaknya dikeluarkan dari Pondok Pesantren Al Mujtahadah.
Orang tua santri ini diduga tidak terima anaknya dikeluarkan meskipun anaknya itu disebut telah melanggar peraturan di pesantren tersebut.
Anggota DPR RI Turun Tangan
Anggota DPR RI asal Riau, Achmad mengunjungi Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Mujtahadah Pekanbaru yang viral karena aksi mengamuk wali santri kepada salah seorang kiai di Ponpes tersebut.
Tak hanya sendiri, Achmad mengunjungi Ponpes tersebut dengan pejabat di lingkungan Kanwil Kemenag Provinsi Riau dan Pekanbaru untuk menanyakan ihwal permasalahan tersebut.
"Dengan kejadian ini semoga menjadi pembelajaran bagi kedua belah pihak, dan bagi orang tua atau wali murid yang memasukkan anaknya itu ada standar-standar dari pondok yang harus dipatuhi," kata Achmad, Rabu (4/3/2020).
Achmad meminta kepada orang tua yang menitipkan anaknya di Ponpes untuk selalu memantau perkembangan anaknya, dan jika terdapat permasalahan yang terjadi kepada santri dapat menanyakan ke pengurus Ponpes.
"Jangan mendengarkan sepihak, tapi juga harus mendengarkan pihak lainnya serta harus tabayyun. Pendidikan moral, akhlak dan budi pekerti itu diutamakan di sini (Pesantren)," jelasnya.
Anggota Komisi VIII Daerah Pemilihan DPR RI (Dapil) Riau 1 ini menuturkan dirinya sengaja mengunjungi Ponpes tersebut untuk mengetahui akar permasalahan antara orang tua santri tersebut dan juga pihak Ponpes.
"Setelah ke lapangan dan melakukan cek dan ricek sehingga baru mendapatkan data yang sebenarnya, sehingga ini menjadi viral-viral yang tidak jelas. Dan semoga dengan pertemuan ini orang tua dapat menerima keputusan yang sudah disepakati dan tidak ada ancam-ancaman terkait pondok ini," ucapnya.
"Tapi kalau ancam-ancaman terus ini bisa berhubungan dengan pihak keamanan, saya akan melaporkan ke Polda kalau tetap ancam-ancaman seperti ini," tegas dia.
Hasil dari pertemuan tersebut, Politisi Partai Demokrat ini menjelaskan bahwa dari hasil tabayyun yang dimedisi oleh Kemenag Kota Pekanbaru beberapa siswa yang dikeluarkan tersebut tetap dapat mengikuti Ujian Nasional (UN).
"Atas persoalan ini sudah dimediasikan oleh Kemenag Kota Pekanbaru bahwa anak-anak tersebut tetap bisa mengikuti ujian nasional namun tidak bisa mengikuti proses belajar," tukasnya, sebagaimana Tranding.web.id kutip dari Riaumandiri.id, Selasa (10/3/2020).